Minggu, 26 Juli 2015

Gubenur Jawa Barat Ahmad Heryawan beserta Ketua Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jabar  Netty Prasetiani Kampanyekan Internet Sehat, di ajang Care Free Day Dago dalam rangka Hari Anak 2015, Minggu (26/07/2015). foto:istimewa
Gubenur Jawa Barat Ahmad Heryawan beserta Ketua Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jabar Netty Prasetiani Kampanyekan Internet Sehat, di ajang Care Free Day Dago dalam rangka Hari Anak 2015, Minggu (26/07/2015). foto:istimewa

Aher Kampanye “Internet Sehat, Anak Sehat” Di Ajang Car Free Day Dago

BANDUNG, FOKUSJabar.com : Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) mengampanyekan gerakan “Internet Sehat, Anak Sehat” di momen Hari Anak Nasional 2015 dalam helatan Car Free Day Dago, Bandung, Minggu (26/07/2015).
Menurut dia, kampanye tersebut penting mengacu berbagai tindak kenakalan, bahkan kriminal generasi muda Indonesia mutakhir, yang dipacu oleh paparan konten internet yang negatif.
Gubneru Jawa Barat Ahmad Heryawan mengkampanyekan Internet Sehat kepada anak-anak dalam memperingati Hari Anak di gelaran Car Free Day Dago, Minggu (26/07/2015). foto:istimewa
Gubneru Jawa Barat Ahmad Heryawan mengkampanyekan Internet Sehat kepada anak-anak dalam memperingati Hari Anak di gelaran Car Free Day Dago, Minggu (26/07/2015). foto:istimewa
Di sisi lain, sambung Aher, sejumah riset teknologi informasi nasional dan global, juga menunjukkan, di luar banyak manfaatnya, terdapat efek destruktif dunia maya kepada generasi muda. Terutama yang memiliki tingkat akses tinggi terhadap gawai (gadget).
“Kita ambil contoh survei lembaga riset telematika Sharing Vision, Bandung, akhir tahun lalu. Ternyata 64% responden mengaku pernah mendapat konten pornografi,” kata Aher, seraya mengatakan mayoritas responden survey itu adalah anak muda.
Kemudian, dalam jawaban terbukanya, responden juga mengaku pernah menerima konten sebanyak 77% terkait organisasi radikal, 55% perisakan (bullying), 44% genk motor, dan 11% teroris.
Khusus organisasi radikal, data dari buku New Terrorism and New Media (2014) karya Gabriel Weimann juga menunjukkan, terdapat 9.800 situs radikalisme di seluruh dunia dengan 500 diantaranya berasal dari Indonesia pada 2014 lalu.
Selain itu, sambung Aher, survei Sharing Vision juga menunjukkan bahwa 49% pengguna tidak tahu bahwa game online memiliki batasan umur, sehingga 55% dari mereka tetap memainkan meski usianya belum cukup.
Dalam standar global, rating permainan digital antara lain EC (Early Childhood) atau boleh dimainkan anak berusia tiga tahun ke atas karena tidak terdapat materi yang kurang pantas.
Kemudian E (Everyone, boleh dimainkan anak berusia enam tahun ke atas sebab muatannya mengandung kekerasan minimal), E10+ (Everyone 10+: boleh dimainkan anak berusia 10 tahun ke atas, bermuatan lebih banyak kartun, kekerasan atau fantasi halus, bahasa halus, tema tak senonoh minimal).
Selanjutnya, rating T (Teen, boleh dimainkan anak berusia 13 tahun ke atas. Bermuatan kekerasan halus, ada bahasa kasar dan tema tak senonoh), dan M (Mature, bisa dimainkan 17 tahun ke atas, bermuatan tema seksual dewasa, kekerasan dan bahasa kasar yang kuat dan lebih intens).
“Yang harus diwaspadai adalah rating AO, singkatan dari Adults Only, ini hanya cocok untuk orang dewasa. Menampilkan seks dan kekerasan, sehingga produk ini tidak ditujukan bagi anak berusia 18 tahun ke bawah. Jadi, lihat dulu rating sebelum anak bermain,” katanya.
Aher melanjutkan, ekspos oleh Netty Heryawan sebagai Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jabar pada Hari Anak Nasional kemarin tentang PSK anak SD, juga kian menegaskan pentingnya internet sehat demi generasi muda sehat.
“Untuk itulah, penting dilalukan gerakan internet sehat, terutama di keluarga, yang salah satunya bisa dimulai dengan menerapkan 20 menit bersama anak. Secara simultan, ini dibarengi dengan penerapan internet sehat melalui 5 P,” katanya.
Ketua TP PKK Jawa Barat, Netty Prasetiani Heryawan memberikan pemahaman internet sehat kepada kaum ibu, dalam rangak Hari Anak di gelaran Car Free Day, Minggu (26/07/2015). foto:istimewa.
Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jabar, Netty Prasetiani Heryawan memberikan pemahaman internet sehat kepada kaum ibu, dalam rangak Hari Anak di gelaran Car Free Day, Minggu (26/07/2015). foto:istimewa.
5 P tersebut adalah Pastikan komputer disimpan di ruangan yang terlihat oleh semua; Pergunakan penapis (filter) anti porno dan konten berbahaya; Periksa berkala gawai anak kita; Pelajari rating konten di Internet; dan Perkuat iman dan kasih saying di keluarga.
Netty Heryawan, Ketua P2TP2A Jabar, menambahkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia hingga April 2015 menunjukkan, masalah terkait anak berturut-turut meliputi kasus anak berhadapan hukum mencapai 6.006 kasus, kasus pengasuhan (3.160 kasus), kasus pendidikan (1.764 kasus), kesehatan dan nafza (1.366 kasus), dan cyberime-pornografi (1.032 kasus).
“Sejumlah kasus pembiaran anak beberapa waktu belakangan ini muncul ramai, mulai kasus di Jakarta hingga Angeline di Bali. Padahal yang juga sering tak disadari dilakukan adalah pembiaran asupan konten internet,” katanya.
Menurut Netty, anak dan orangtua kini sering asyik sendiri ketika mengakses di gawai. Masing-masing. Padahal sejumlah konten beresiko menyergap, terutama prilaku diskriminasi fisik, status sosial, hingga toleransi agama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar